Malam itu Danissa
menyiapkan perlengkapan yang akan ia bawa berlibur bersama teman-teman satu
kelasnya ke Kota Gudeg, Jogjakarta. Liburan kali ini, Danissa dan teman-teman
satu kelas yang merencanakan, dan liburan ini khusus untuk kelas IX C, kelas
Danissa.
“Oke, beres deh
semuanya. Besok tinggal berangkat,” Danissa bergumam pada diri sendiri sambil
menutup retsleting ranselnya. Kemudian Danissa naik ke atas tempat tidur,
menarik selimut dan tidur dengan lelap ditemani mimpi indah.
Malam terasa berlalu
begitu cepat. Jam menunjukkan pukul 04.30 pagi. Adzan Subuh sudah berkumandang.
Danissa bangun dari tidurnya dan senyuman ngantuk mengambang di bibirnya
menyambut pagi itu.
“Selamat pagi,
dunia...” ucap Danissa sambil menggeliat. Danissa menyingkirkan selimut dan
menapakkan kaki ke lantai lalu beranjak ke kamar mandi. Dia mengambil air wudlu
dan kembali masuk ke kamar untuk sholat Subuh. Sesudah itu Danissa mandi sambil
bernyanyian di dalam kamar mandi. Begitu gembiranya ia hari itu. Setelah mandi
Danissa berganti baju dan berdandan.
“Kek, anterin aku ya!”
pinta Danissa pada Kakeknya untuk mengantar ke tempat berkumpulnya teman-teman.
Tak lama kemudian Danissa sudah duduk di atas jok motor dengan tas ransel di
pundaknya.
Sampai di tempat
berkumpul, sudah ada beberapa teman yang datang, tetapi bis yang disewa belum
ada di situ.
“Sana, hati-hati. Nanti
Kakek jemput,” kata Kakek.
“Iya Kek, nanti aku
SMS.” Danissa mencium tangan Kakek. Ia kemudian bergabung dengan teman-teman
yang sudah datang. Sepuluh menit kemudian bis sewaan datang. Hanya tinggal
beberapa teman yang belum tiba. Danissa mengobrol dengan teman-teman sambil sesekali
berfoto. Saking asyiknya Danissa tidak menyadari bahwa teman-temannya sudah
tiba.
Pukul 07.30 bis melaju
perlahan menginggalkan Temanggung. Cuaca mendung tidak menyurutkan semangat
Danissa dan teman-temannya untuk berlibur. Danissa mulai asyik bercanda dengan
temannya sambil menikmati kue brownish yang ia bawa. Setelah lama bercanda,
Danissa berpindah tempat duduk karena merasa pusing. Ia mengeluarkan botol
minyak kayu putih lalu menghirupnya. Pusing itu perlahan-lahan sembuh.
Ponsel Danissa bergetar
dan satu pesan masuk dari Andre. Andre adalah cowok yang Danissa kenal dari HP.
Kejadian itu sudah enam bulan yang lalu. Waktu itu Andre salah sambung
menelepon Danissa. Bermula dari itu, Andre dan Danissa mempunyai hubungan yang
dekat meski selama awal perkenalan sampai saat ini mereka berdua belum pernah
bertemu secara langsung.
Di dalam pesan itu
Andre bertanya: udah sampe mana?
Danissa membalas pesan
itu: baru sampe MGL
Tak lama kemudian Andre
membalas: kira2 sampe JGJ jam brp?
Danissa membalas: mungkin
jam stgh 10
Dalam sekejap, Danissa
dan Andre sudah berSMS-an. Andre bermaksud menemui Danissa di Pantai Parang
Tritis. Danissa pun menyetujui maksud Andre.
Perkiraan Danissa
ternyata salah. Ia sampai di Pantai Parang Tritis pukul 10.00.
“Yuk, turun!” kata
Ajeng, salah satu teman Danissa.
“Iya bentar. Aku ganti
sendal dulu,” jawab Danissa.
Tak lama kemudian
Danissa dan teman-temannya sudah bermain-main di bibir pantai dan berfoto-foto.
Tiba-tiba ponsel Danissa bergetar, panggilan masuk dari Andre. Danissa menjawab
panggilan itu.
“Ya, halo
Assalamu’alaikum,” kata Danissa.
“Wa’alaikumsalam. Bis
kamu parkir di mana?” tanya Andre. Danissa lalu menjelaskan letak parkir bis.
Setelah itu,
“Aku udah di tempat
parkir bis kamu. Kamu ke sini ya!”
“Iya, aku ke situ. Kamu
pake motor apa?”
“MX merah.”
“Ok!” Danissa mematikan
telepon. Ia meniggalkan teman-temannya dan berjalan malas menuju bis.
Sampai di tempat parkir
bis, Danissa tidak melihat sepeda motor MX merah. Lalu dia melangkah dan
membuka pintu depan bis, tapi pintu itu dikunci. Dilihatnya ke depan bis dan ia
melihat cowok di atas sepeda motor MX merah dengan helm hitam. Ketika cowok itu
merasa ada yang memperhatikan, ia menundukkan kepala dan membuka ponselnya.
Danissa tahu itu Andre. Ia lalu menuju pintu belakang bis. Pintunya dapat
dibuka. Danissa membukanya dan mengambil botol minuman lalu duduk di salah satu
jok. Danissa mengeluarkan ponsel dan mengirim SMS pada Andre: km pake helm
hitam y? Tetapi SMS itu tidak dibalas. Cowok yang berada di atas sepeda motor
MX tadi mengendarai motornya menuju belakang bis. Danissa turun menghampirinya.
“Ini Andre ya?” tanya
Danissa sambil menyalami Andre.
“Iya, ini Danissa kan?”
“He-em”
Danissa gugup, tak tahu
harus berbuat apa. Andre masih saja memegang tangannya. Akhirnya Danissa
membuka obrolan untuk merileks-kan perasaannya.
“Main yuk!” ajak Andre.
“Ke mana?” tanya
Danissa.
“Ke mana aja,” jawab
Andre sambil tersenyum. Mereka akhirnya pergi berdua menyusuri tepi pantai.
Danissa tidak lagi merasa canggung. Ia merasa ada perasaan yang begitu dekat
dengan Andre.
Pukul dua sore, Andre
mengantar Danissa kembali ke tempat teman-temannya. Mereka berjanji untuk bertemu
kembali di Malioboro. Bis barangkat ke Malioboro pukul empat. Sampai di
Malioboro Danissa bingung mencari Andre, karena ia tidak melihat Andre tetapi
Andre melihatnya. Danissa berjalan bersama teman-teman dan ketika sudah lelah,
ia duduk di depan McDonnald. Dikeluarkan ponsel dari dalam tas dan menelepon
Andre.
“Halo, kamu di mana
sekarang?”
“Aku diparkiran bis. Di
belakang bis kamu.”
“Terus aku suruh ke
situ?”
“Iya, masak aku yang ke
situ. Harus muter dulu.”
“Ya udah, tunggu situ.
Jangan ke mana-mana.”
“Ya.”
Telepon diputus dan
Danissa berjalan meninggalkan teman-teman ke tempat parkir bis. Capek! Keluh Danissa, tapi ia tetap
berjalan demi menemui Andre. Sampai di tempat parkir, Danissa tidak melihat
Andre. Ia duduk dengan kaki terlentang. Biar
dia nanti yang ke sini, katanya nunggu sini, capek aku, batin Danissa. Tak
lama kemudian Andre lewat mengendarai motor dan berhenti di samping bis.
Danissa menghampirinya.
“Dari mana?” tanya
Danissa.
“Beli pulsa, hehehe.
Pulsaku abis.”
“Aku capek tau? Laper
lagi!” Danissa berkata sedikit kesal. Namun, Andre malah menatap mata Danissa,
lalu Danissa berkata, “Kok malah bengong sih?”
Andre tersenyum, “Aku
tu baru memandang wajah kamu kalo lagi kecapekan.”
“Alah udah, makan yuk!
Kamu dah makan belum?” Danissa benar-benar merasa lapar karena sejak tadi siang
belum makan.
“Belum, aku kan nunggu
kamu. Pengen makan apa?”
“Yang penting sama
nasi.”
“Lha itu ada
angkringan,” kata Andre sambil mencolek dagu Danissa. Angkringan itu terletak
kurang lebih dua puluh lima meter dari
tempat mereka berdiri. Danissa hanya diam dan berkata dalam hati ‘Jualan apaan angkringan itu? Emang ada
nasi? Gerobag nggak meyakinkan kaya gitu.’ Andre seolah mengerti apa yang
dipikirkan Danissa, lalu berkata, “Ya udah yuk jalan! Kita cari makan.” Tanpa
menjawab, Danissa memakai helmnya dan membonceng di belakang. Andre mengendarai
motornya menuju rumah makan Padang. Mereka pun makan di situ. “Habis ini kita
sholat ya!” ajak Danissa.
“Ok!” jawab Andre
singkat.
Setelah makan, mereka
menuju mushola untuk sholat. Lalu setelah sholat,
“Anterin ke Shopping
Centre ya! Mamah nitip beliin buku,” kata Danissa. Andre hanya menganggukkan
kepala. Mereka kemudian pergi ke Shopping Centre dan mencari-cari judul buku
pesanan Mama. Tetapi, karena sudah banyak toko yang tutup, Danissa hanya
mendapat satu buku. Tiba-tiba ponsel Danissa bergetar. Ada panggilan masuk.
“Ada yang telfon,” ucap
Danissa pada Andre.
“Angkat aja,” kata
Andre.
“Nggak ah, privat
number kok.”
“Ya udah, kita jalan ke
Malioboro ya?”
“He-em.”
Mereka menuju ke
Malioboro. Setelah memakirkan motor, mereka berjalan menyusuri Malioboro. Andre
menggandeng tangan Danissa. Tak lama mereka berjalan, Andre mengajak Danissa masuk
ke toko baju.
“Mau beli apa?” tanya
Danissa.
“Terserah kamu, pilih
sendiri ya?”
“Bener nih?”
“Iya.”
Danissa melihat-lihat
kemeja, hingga akhirnya ia memilih kemeja panjang warna ungu bergaris-garis.
“Bagus nggak?” tanya
Danissa sambil menunjukkan kemeja itu pada Andre.
“Bagus kok.”
“Cocoknya, bawahannya
warna apa?”
“Paling celana hitam.”
“Hmmm, ok! Yang ini aja
ya?”
“Kamu yang ke kasir ya!
Ini uangnya.” Andre menyerahkan uang seratus ribuan pada Danissa. Andre
menunggu di depan toko, sedangkan Danissa membayar di kasir. Tiba-tiba ponsel
Danissa bergetar. Ada SMS masuk, hanya nomor: cpt plg, dah pd d bis. Danissa
tidak membalas pesan itu. Setelah membayar, ia menghampiri Andre.
“Ada yang SMS, katanya
suruh cepet-cepet pulang.”
“Ya udah yuk! Kita
jalan ke bis.” Mereka mengambil motor di tempat parkir dan kembali ke bis. Tapi
Andre menghentikan motornya kira-kira dua puluh meter dari bis.
“Kok berhenti di sini?”
tanya Danissa.
“Kita di sini dulu.
Perpisahan, kan malu kalo di deket bis,” jawab Andre. Mereka berdua duduk di
trotoar. Lalu Andre berkata, “Aku bahagia banget hari ini kita bisa ketemu.
Bisa jalan-jalan sama kamu, makasih ya?”
“Iya sama-sama. Aku
juga seneng kok,” jawab Danissa. Andre memegang tangan Danissa erat-erat dan
berkata, “Kamu udah liat aku kan sekarang, kayak apa aku. Aku tau dulu kamu
masih ragu sama aku karna kita belum pernah ketemu. Sejak tadi ketemu kamu,
rasanya bukan kali pertama ketemu dan deket banget perasaan aku ke kamu. Sama
sekali nggak ada rasa ragu dalam hati aku. Apa kamu mau jalani hubungan ini
sama aku? Kita jalani bersama untuk masa depan yang lebih baik. Walau pun jarak
jauh, tapi kita harus saling percaya.” Deg! Danissa diam. Ia mengerti arti dari
kata-kata itu. Dalam hatinya bergejolak kebahagiaan, sebenarnya ini yang aku ingin dari tadi, kata Danissa dalam hati.
Danissa pun menjawab,
“Aku mau,” jawab
Danissa singkat tetapi penuh keyakinan.
“Udah nggak ragu, kan
sama aku?”
“Enggak,” kata Danissa
sambil mengelengkan kepala. Lalu tiba-tiba Andre seperti pilek.
“Kenapa?” tanya
Danissa.
“Ada rasa sedih mau
ditinggal kekasih. Ditinggalnya jauh lagi.”
“Kamu jangan sedih, aku
bakal ke sini lagi kok.”
Andre mencium tangan
Danissa, lalu berkata,
“Aku belum ikhlas
melepas kamu sekarang.”
“Sebenarnya aku juga,
tapi gimana lagi?” Danissa menoleh ke arah bisnya.
“Oh iya, aku ada
kejutan buat kamu. Tapi di bis,” ujar Danissa.
“Ya udah ambil dulu,
aku tunggu.”
“Tetep di sini ya?”
Andre menganggukkan
kepala. Tapi ternyata Danissa tidak bisa menunjukkan kejutan itu, karena bis
sudah akan melaju. Hatinya bagai tersayat-sayat, tulangnya seakan dilolosi,
nafasnya seakan berhenti. Pecah, tangis Danissa. Ia mengambil ponsel dan
mengirim SMS pada Andre: mf ak gak bs k situ lg, bis udah jln, km k arah bis ak
y?
Lalu Andre membalas: y
udah gp2, ak jln plg aja.
Danissa ingin melihat
Andre lagi sebelum ia pergi meninggalkan kota itu, sehingga ia membalas lagi
SMS Andre: km k arah bis ak, ak gak bs nahan air mata ak.
Tetapi Andre sudah
pulang. Danissa menatap kaca bis, mencari-cari sepeda motor Andre barangkali
masih di sekitar situ. Tapi Danissa tidak melihatnya. Ia menangis, rindunya
masih bertumpuk di hatinya. Bis terus melaju, Danissa terisak-isak dalam
tangisnya. Matanya melihat Kota Jogja di malam hari. Dipangkuannya ada kantong plastik yang berisi baju, yang baru
saja Andre belikan untuknya. Dikeluarkannya baju itu dan dipeluknya erat-erat. Kenangan ini nggak akan pernah aku lupa,
batin Danissa.
Satu jam sudah berlalu.
Bis sudah memasuki Magelang. Ponsel Danissa bergetar, panggilan masuk dari
Andre.
“Ya, halo,” ujar
Danissa yang tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
“Maaf ya, tadi aku udah
jalan duluan. Ini dah di rumah, dah sampe mana?”
“Dah sampe Magelang.
Udah makan?”
“Udah kok, udah makan,
udah sholat.”
“Ditanya Mamah nggak?”
“Ditanya.”
“Gimana?”
“Kok pulang jam segini,
dari mana? Gitu.”
“Terus jawabnya?”
“Ya jawab aja, tadi
Danissa ke Jogja Mah, terus main sama dia.”
“Terus Mamah bilang
apa?”
“Tanya, kok nggak
diajak main ke rumah, gitu. Ya aku bilang soalnya udah ditunggu temen-temennya.
Aku aja ketemu cuma sebentar, gitu.”
“Oh.”
“Kamu masih naangis
ya?”
“Kenapa emangnya?”
“Suara kamu nggak bisa
bohongin aku.”
“Hmm, iya masih
kangen.”
“Aku juga. Ya udah,
besok kalo waktunya cuma sebentar mending nggak usah ketemu.”
“Lho kok gitu?”
“Lha iya kan? Dari pada
ketemu cuma sebentar? Ya besok ke sini lagi.”
“Ya udahlah nggak
papa.”
“Ok, hati-hati di jalan
ya!”
“Eh, tunggu-tunggu!
Nanti telfon lagi ya kalo aku udah sampe rumah?”
“Iya, SMS aja ntar aku
telfon.”
“Ya udah,
Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Telepon diputus.
Danissa sudah berhenti menangis dan akhirnya ia tertidur. Pukul sepuluh malam,
bis sudah memasuki Temanggung. Danissa bangun, ia merasa sangat haus, tetapi
tak ada setetes air pun yang bisa diminum. Teman-teman Danissa sudah kehabisan
air minum. Danissa mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Kakek untuk
menjemputnya.
Lelah, gerah, dan sedih
berbaur jadi satu. Sampai di rumah, Danissa membersihkan diri, berganti baju,
kemudian masuk ke dalam kamar. Danissa mengirim pesan pada Andre: ak udah smp
rmh, tlp lg donk! Tak lama kemudian Andre memanggil.
“Halo,
Assalamu’alaikum,” sapa Andre.
“Wa’alaikumsalam,” jwab
Danissa lemas.
“Udah sampe rumah?”
“Iya, udah di kamar,
capek.”
“Masih sedih ya? Kok
suaranya lemes gitu?” Andre ternyata memperhatikannya.
“He-em.”
“Aku bisa rasakan kok.”
Mereka berdua membuka
banyak obrolan, hingga akhirnya,
“Udah malem, kamu tidur
ya?” Andre mengingatkan.
“Tapi aku masih pengen
ngobrol.”
“Ayo tidur, besok sekolah
ntar malah kesiangan. Ngobrolnya besok lagi.”
“Ya udah ya udah, aku
tidur.”
“Jangan lupa doa ya!
Met tidur.”
“Iya, makasih ya!”
“Iya sama-sama, ya udah
Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Telepon diputus.
Danissa meletakkan ponselnya lalu ia diam sebentar mengenang kejadian yang ia
alami di Jogja. Ingin rasanya ia mengulangi semua itu. Sejak ia dan Andre
bertemu, seolah di dalam hatinya ada yang berkata ‘hatiku juga hatimu, nafasku juga nafasmu, jiwaku juga jiwam, dan aku
berharap cinta ini selalu bersemi.’ Setelah itu, Danissa pun tertidur.
Kenangan manis bersama Andre tak kan pernah dilupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar