Jumat, 16 November 2012

Bersemi Di Jogja



Malam itu Danissa menyiapkan perlengkapan yang akan ia bawa berlibur bersama teman-teman satu kelasnya ke Kota Gudeg, Jogjakarta. Liburan kali ini, Danissa dan teman-teman satu kelas yang merencanakan, dan liburan ini khusus untuk kelas IX C, kelas Danissa.
“Oke, beres deh semuanya. Besok tinggal berangkat,” Danissa bergumam pada diri sendiri sambil menutup retsleting ranselnya. Kemudian Danissa naik ke atas tempat tidur, menarik selimut dan tidur dengan lelap ditemani mimpi indah.
Malam terasa berlalu begitu cepat. Jam menunjukkan pukul 04.30 pagi. Adzan Subuh sudah berkumandang. Danissa bangun dari tidurnya dan senyuman ngantuk mengambang di bibirnya menyambut pagi itu.
“Selamat pagi, dunia...” ucap Danissa sambil menggeliat. Danissa menyingkirkan selimut dan menapakkan kaki ke lantai lalu beranjak ke kamar mandi. Dia mengambil air wudlu dan kembali masuk ke kamar untuk sholat Subuh. Sesudah itu Danissa mandi sambil bernyanyian di dalam kamar mandi. Begitu gembiranya ia hari itu. Setelah mandi Danissa berganti baju dan berdandan.
“Kek, anterin aku ya!” pinta Danissa pada Kakeknya untuk mengantar ke tempat berkumpulnya teman-teman. Tak lama kemudian Danissa sudah duduk di atas jok motor dengan tas ransel di pundaknya.
Sampai di tempat berkumpul, sudah ada beberapa teman yang datang, tetapi bis yang disewa belum ada di situ.
“Sana, hati-hati. Nanti Kakek jemput,” kata Kakek.
“Iya Kek, nanti aku SMS.” Danissa mencium tangan Kakek. Ia kemudian bergabung dengan teman-teman yang sudah datang. Sepuluh menit kemudian bis sewaan datang. Hanya tinggal beberapa teman yang belum tiba. Danissa mengobrol dengan teman-teman sambil sesekali berfoto. Saking asyiknya Danissa tidak menyadari bahwa teman-temannya sudah tiba.
Pukul 07.30 bis melaju perlahan menginggalkan Temanggung. Cuaca mendung tidak menyurutkan semangat Danissa dan teman-temannya untuk berlibur. Danissa mulai asyik bercanda dengan temannya sambil menikmati kue brownish yang ia bawa. Setelah lama bercanda, Danissa berpindah tempat duduk karena merasa pusing. Ia mengeluarkan botol minyak kayu putih lalu menghirupnya. Pusing itu perlahan-lahan sembuh.
Ponsel Danissa bergetar dan satu pesan masuk dari Andre. Andre adalah cowok yang Danissa kenal dari HP. Kejadian itu sudah enam bulan yang lalu. Waktu itu Andre salah sambung menelepon Danissa. Bermula dari itu, Andre dan Danissa mempunyai hubungan yang dekat meski selama awal perkenalan sampai saat ini mereka berdua belum pernah bertemu secara langsung.
Di dalam pesan itu Andre bertanya: udah sampe mana?
Danissa membalas pesan itu: baru sampe MGL
Tak lama kemudian Andre membalas: kira2 sampe JGJ jam brp?
Danissa membalas: mungkin jam stgh 10
Dalam sekejap, Danissa dan Andre sudah berSMS-an. Andre bermaksud menemui Danissa di Pantai Parang Tritis. Danissa pun menyetujui maksud Andre.
Perkiraan Danissa ternyata salah. Ia sampai di Pantai Parang Tritis pukul 10.00.
“Yuk, turun!” kata Ajeng, salah satu teman Danissa.
“Iya bentar. Aku ganti sendal dulu,” jawab Danissa.
Tak lama kemudian Danissa dan teman-temannya sudah bermain-main di bibir pantai dan berfoto-foto. Tiba-tiba ponsel Danissa bergetar, panggilan masuk dari Andre. Danissa menjawab panggilan itu.
“Ya, halo Assalamu’alaikum,” kata Danissa.
“Wa’alaikumsalam. Bis kamu parkir di mana?” tanya Andre. Danissa lalu menjelaskan letak parkir bis. Setelah itu,
“Aku udah di tempat parkir bis kamu. Kamu ke sini ya!”
“Iya, aku ke situ. Kamu pake motor apa?”
“MX merah.”
“Ok!” Danissa mematikan telepon. Ia meniggalkan teman-temannya dan berjalan malas menuju bis.
Sampai di tempat parkir bis, Danissa tidak melihat sepeda motor MX merah. Lalu dia melangkah dan membuka pintu depan bis, tapi pintu itu dikunci. Dilihatnya ke depan bis dan ia melihat cowok di atas sepeda motor MX merah dengan helm hitam. Ketika cowok itu merasa ada yang memperhatikan, ia menundukkan kepala dan membuka ponselnya. Danissa tahu itu Andre. Ia lalu menuju pintu belakang bis. Pintunya dapat dibuka. Danissa membukanya dan mengambil botol minuman lalu duduk di salah satu jok. Danissa mengeluarkan ponsel dan mengirim SMS pada Andre: km pake helm hitam y? Tetapi SMS itu tidak dibalas. Cowok yang berada di atas sepeda motor MX tadi mengendarai motornya menuju belakang bis. Danissa turun menghampirinya.
“Ini Andre ya?” tanya Danissa sambil menyalami Andre.
“Iya, ini Danissa kan?”
“He-em”
Danissa gugup, tak tahu harus berbuat apa. Andre masih saja memegang tangannya. Akhirnya Danissa membuka obrolan untuk merileks-kan perasaannya.
“Main yuk!” ajak Andre.
“Ke mana?” tanya Danissa.
“Ke mana aja,” jawab Andre sambil tersenyum. Mereka akhirnya pergi berdua menyusuri tepi pantai. Danissa tidak lagi merasa canggung. Ia merasa ada perasaan yang begitu dekat dengan Andre.
Pukul dua sore, Andre mengantar Danissa kembali ke tempat teman-temannya. Mereka berjanji untuk bertemu kembali di Malioboro. Bis barangkat ke Malioboro pukul empat. Sampai di Malioboro Danissa bingung mencari Andre, karena ia tidak melihat Andre tetapi Andre melihatnya. Danissa berjalan bersama teman-teman dan ketika sudah lelah, ia duduk di depan McDonnald. Dikeluarkan ponsel dari dalam tas dan menelepon Andre.
“Halo, kamu di mana sekarang?”
“Aku diparkiran bis. Di belakang bis kamu.”
“Terus aku suruh ke situ?”
“Iya, masak aku yang ke situ. Harus muter dulu.”
“Ya udah, tunggu situ. Jangan ke mana-mana.”
“Ya.”
Telepon diputus dan Danissa berjalan meninggalkan teman-teman ke tempat parkir bis. Capek! Keluh Danissa, tapi ia tetap berjalan demi menemui Andre. Sampai di tempat parkir, Danissa tidak melihat Andre. Ia duduk dengan kaki terlentang. Biar dia nanti yang ke sini, katanya nunggu sini, capek aku, batin Danissa. Tak lama kemudian Andre lewat mengendarai motor dan berhenti di samping bis. Danissa menghampirinya.
“Dari mana?” tanya Danissa.
“Beli pulsa, hehehe. Pulsaku abis.”
“Aku capek tau? Laper lagi!” Danissa berkata sedikit kesal. Namun, Andre malah menatap mata Danissa, lalu Danissa berkata, “Kok malah bengong sih?”
Andre tersenyum, “Aku tu baru memandang wajah kamu kalo lagi kecapekan.”
“Alah udah, makan yuk! Kamu dah makan belum?” Danissa benar-benar merasa lapar karena sejak tadi siang belum makan.
“Belum, aku kan nunggu kamu. Pengen makan apa?”
“Yang penting sama nasi.”
“Lha itu ada angkringan,” kata Andre sambil mencolek dagu Danissa. Angkringan itu terletak kurang lebih  dua puluh lima meter dari tempat mereka berdiri. Danissa hanya diam dan berkata dalam hati ‘Jualan apaan angkringan itu? Emang ada nasi? Gerobag nggak meyakinkan kaya gitu.’ Andre seolah mengerti apa yang dipikirkan Danissa, lalu berkata, “Ya udah yuk jalan! Kita cari makan.” Tanpa menjawab, Danissa memakai helmnya dan membonceng di belakang. Andre mengendarai motornya menuju rumah makan Padang. Mereka pun makan di situ. “Habis ini kita sholat ya!” ajak Danissa.
“Ok!” jawab Andre singkat.
Setelah makan, mereka menuju mushola untuk sholat. Lalu setelah sholat,
“Anterin ke Shopping Centre ya! Mamah nitip beliin buku,” kata Danissa. Andre hanya menganggukkan kepala. Mereka kemudian pergi ke Shopping Centre dan mencari-cari judul buku pesanan Mama. Tetapi, karena sudah banyak toko yang tutup, Danissa hanya mendapat satu buku. Tiba-tiba ponsel Danissa bergetar. Ada panggilan masuk.
“Ada yang telfon,” ucap Danissa pada Andre.
“Angkat aja,” kata Andre.
“Nggak ah, privat number kok.”
“Ya udah, kita jalan ke Malioboro ya?”
“He-em.”
Mereka menuju ke Malioboro. Setelah memakirkan motor, mereka berjalan menyusuri Malioboro. Andre menggandeng tangan Danissa. Tak lama mereka berjalan, Andre mengajak Danissa masuk ke toko baju.
“Mau beli apa?” tanya Danissa.
“Terserah kamu, pilih sendiri ya?”
“Bener nih?”
“Iya.”
Danissa melihat-lihat kemeja, hingga akhirnya ia memilih kemeja panjang warna ungu bergaris-garis.
“Bagus nggak?” tanya Danissa sambil menunjukkan kemeja itu pada Andre.
“Bagus kok.”
“Cocoknya, bawahannya warna apa?”
“Paling celana hitam.”
“Hmmm, ok! Yang ini aja ya?”
“Kamu yang ke kasir ya! Ini uangnya.” Andre menyerahkan uang seratus ribuan pada Danissa. Andre menunggu di depan toko, sedangkan Danissa membayar di kasir. Tiba-tiba ponsel Danissa bergetar. Ada SMS masuk, hanya nomor: cpt plg, dah pd d bis. Danissa tidak membalas pesan itu. Setelah membayar, ia menghampiri Andre.
“Ada yang SMS, katanya suruh cepet-cepet pulang.”
“Ya udah yuk! Kita jalan ke bis.” Mereka mengambil motor di tempat parkir dan kembali ke bis. Tapi Andre menghentikan motornya kira-kira dua puluh meter dari bis.
“Kok berhenti di sini?” tanya Danissa.
“Kita di sini dulu. Perpisahan, kan malu kalo di deket bis,” jawab Andre. Mereka berdua duduk di trotoar. Lalu Andre berkata, “Aku bahagia banget hari ini kita bisa ketemu. Bisa jalan-jalan sama kamu, makasih ya?”
“Iya sama-sama. Aku juga seneng kok,” jawab Danissa. Andre memegang tangan Danissa erat-erat dan berkata, “Kamu udah liat aku kan sekarang, kayak apa aku. Aku tau dulu kamu masih ragu sama aku karna kita belum pernah ketemu. Sejak tadi ketemu kamu, rasanya bukan kali pertama ketemu dan deket banget perasaan aku ke kamu. Sama sekali nggak ada rasa ragu dalam hati aku. Apa kamu mau jalani hubungan ini sama aku? Kita jalani bersama untuk masa depan yang lebih baik. Walau pun jarak jauh, tapi kita harus saling percaya.” Deg! Danissa diam. Ia mengerti arti dari kata-kata itu. Dalam hatinya bergejolak kebahagiaan, sebenarnya ini yang aku ingin dari tadi, kata Danissa dalam hati. Danissa pun menjawab,
“Aku mau,” jawab Danissa singkat tetapi penuh keyakinan.
“Udah nggak ragu, kan sama aku?”
“Enggak,” kata Danissa sambil mengelengkan kepala. Lalu tiba-tiba Andre seperti pilek.
“Kenapa?” tanya Danissa.
“Ada rasa sedih mau ditinggal kekasih. Ditinggalnya jauh lagi.”
“Kamu jangan sedih, aku bakal ke sini lagi kok.”
Andre mencium tangan Danissa, lalu berkata,
“Aku belum ikhlas melepas kamu sekarang.”
“Sebenarnya aku juga, tapi gimana lagi?” Danissa menoleh ke arah bisnya.
“Oh iya, aku ada kejutan buat kamu. Tapi di bis,” ujar Danissa.
“Ya udah ambil dulu, aku tunggu.”
“Tetep di sini ya?”
Andre menganggukkan kepala. Tapi ternyata Danissa tidak bisa menunjukkan kejutan itu, karena bis sudah akan melaju. Hatinya bagai tersayat-sayat, tulangnya seakan dilolosi, nafasnya seakan berhenti. Pecah, tangis Danissa. Ia mengambil ponsel dan mengirim SMS pada Andre: mf ak gak bs k situ lg, bis udah jln, km k arah bis ak y?
Lalu Andre membalas: y udah gp2, ak jln plg aja.
Danissa ingin melihat Andre lagi sebelum ia pergi meninggalkan kota itu, sehingga ia membalas lagi SMS Andre: km k arah bis ak, ak gak bs nahan air mata ak.
Tetapi Andre sudah pulang. Danissa menatap kaca bis, mencari-cari sepeda motor Andre barangkali masih di sekitar situ. Tapi Danissa tidak melihatnya. Ia menangis, rindunya masih bertumpuk di hatinya. Bis terus melaju, Danissa terisak-isak dalam tangisnya. Matanya melihat Kota Jogja di malam hari. Dipangkuannya ada kantong plastik yang berisi baju, yang baru saja Andre belikan untuknya. Dikeluarkannya baju itu dan dipeluknya erat-erat. Kenangan ini nggak akan pernah aku lupa, batin Danissa.
Satu jam sudah berlalu. Bis sudah memasuki Magelang. Ponsel Danissa bergetar, panggilan masuk dari Andre.
“Ya, halo,” ujar Danissa yang tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
“Maaf ya, tadi aku udah jalan duluan. Ini dah di rumah, dah sampe mana?”
“Dah sampe Magelang. Udah makan?”
“Udah kok, udah makan, udah sholat.”
“Ditanya Mamah nggak?”
“Ditanya.”
“Gimana?”
“Kok pulang jam segini, dari mana? Gitu.”
“Terus jawabnya?”
“Ya jawab aja, tadi Danissa ke Jogja Mah, terus main sama dia.”
“Terus Mamah bilang apa?”
“Tanya, kok nggak diajak main ke rumah, gitu. Ya aku bilang soalnya udah ditunggu temen-temennya. Aku aja ketemu cuma sebentar, gitu.”
“Oh.”
“Kamu masih naangis ya?”
“Kenapa emangnya?”
“Suara kamu nggak bisa bohongin aku.”
“Hmm, iya masih kangen.”
“Aku juga. Ya udah, besok kalo waktunya cuma sebentar mending nggak usah ketemu.”
“Lho kok gitu?”
“Lha iya kan? Dari pada ketemu cuma sebentar? Ya besok ke sini lagi.”
“Ya udahlah nggak papa.”
“Ok, hati-hati di jalan ya!”
“Eh, tunggu-tunggu! Nanti telfon lagi ya kalo aku udah sampe rumah?”
“Iya, SMS aja ntar aku telfon.”
“Ya udah, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Telepon diputus. Danissa sudah berhenti menangis dan akhirnya ia tertidur. Pukul sepuluh malam, bis sudah memasuki Temanggung. Danissa bangun, ia merasa sangat haus, tetapi tak ada setetes air pun yang bisa diminum. Teman-teman Danissa sudah kehabisan air minum. Danissa mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Kakek untuk menjemputnya.
Lelah, gerah, dan sedih berbaur jadi satu. Sampai di rumah, Danissa membersihkan diri, berganti baju, kemudian masuk ke dalam kamar. Danissa mengirim pesan pada Andre: ak udah smp rmh, tlp lg donk! Tak lama kemudian Andre memanggil.
“Halo, Assalamu’alaikum,” sapa Andre.
“Wa’alaikumsalam,” jwab Danissa lemas.
“Udah sampe rumah?”
“Iya, udah di kamar, capek.”
“Masih sedih ya? Kok suaranya lemes gitu?” Andre ternyata memperhatikannya.
“He-em.”
“Aku bisa rasakan kok.”
Mereka berdua membuka banyak obrolan, hingga akhirnya,
“Udah malem, kamu tidur ya?” Andre mengingatkan.
“Tapi aku masih pengen ngobrol.”
“Ayo tidur, besok sekolah ntar malah kesiangan. Ngobrolnya besok lagi.”
“Ya udah ya udah, aku tidur.”
“Jangan lupa doa ya! Met tidur.”
“Iya, makasih ya!”
“Iya sama-sama, ya udah Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Telepon diputus. Danissa meletakkan ponselnya lalu ia diam sebentar mengenang kejadian yang ia alami di Jogja. Ingin rasanya ia mengulangi semua itu. Sejak ia dan Andre bertemu, seolah di dalam hatinya ada yang berkata ‘hatiku juga hatimu, nafasku juga nafasmu, jiwaku juga jiwam, dan aku berharap cinta ini selalu bersemi.’ Setelah itu, Danissa pun tertidur. Kenangan manis bersama Andre tak kan pernah dilupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar